Mengenai Saya

Foto saya
aku ngga bisa nilai diri sendiri, cuma orang lain yang dapat nilai saya.......ok

Rabu, 23 September 2009

“Cerita Lain di Balik Tradisi Mudik Lebaran”

Saya tidak memiliki informasi sejak kapan persisnya mulai muncul tradisi mudik lebaran di Indonesia, tetapi seingat saya ketika saya masih kecil kebiasaan mudik ini sudah ada. Pada saat itu, saudara-saudara saya yang pergi merantau jauh, baik mereka yang sedang menimba ilmu di kota atau mereka yang mencari dan mendapatkan kehidupan di negeri rantau, senantiasa berusaha menyempatkan diri pulang kampung pada saat lebaran.

Meski saat ini teknologi komunikasi sudah demikian canggih tampaknya tidak sepenuhnya dapat menggantikan tradisi mudik lebaran di negeri ini. Bagi sebagian orang, berlebaran mungkin tidak hanya cukup dengan mengirim SMS atau bertelepon. Ada motivasi lain yang mengharuskannya pulang mudik, meski harus dilaluinya secara bersusah payah, misalnya harus terpaksa antri karcis kereta yang demikian panjang, perjalanan yang padat merayap bahkan macet berjam-jam, dan aneka resiko lainnya.

Jika ditelusuri lebih dalam tentunya akan ditemukan berbagai alasan yang mendorong mereka mudik, –khususnya bagi mereka yang telah menemukan kehidupan di negeri rantau,– salah satunya adalah panggilan tanah leluhur untuk bisa merayakan lebaran dan bersilaturahim bersama orangtua dan sanak saudara, di kampung halaman.

Ketika seseorang pergi jauh merantau, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tahun lamanya, pada saat-saat tertentu terselip dalam hatinya kerinduan akan kampung halaman. Teringat kasih-sayang yang tak terhingga dari orang tua dan juga saudara-saudaranya. Terbayang pula masa-masa indah ketika bermain di sawah dengan kawan-kawan seperjuangan, dan berbagai pengalaman lainnya. Maka lebaran inilah dijadikan sebagai momentum tepat untuk melepas semua kerinduan itu, sekaligus melanjutkan silaturahim yang sekian lama telah terputus.

Di balik hasrat berlebaran bersama keluarga di kampung halaman ini, kita bisa menemukan aneka cerita menarik dan pernak-pernik lainnya yang menyertai peristiwa mudik ini. Berikut ini sekelumit cerita lain dibalik tradisi mudik lebaran:

1. Berlebaran dengan keluarga pasangan kita ataukah dengan keluarga sendiri?

Bagi Anda yang mendapatkan jodoh (pasangan hidup) yang kebetulan masih berasal dari satu daerah yang berdekatan pastinya tidak akan banyak mengalami kesulitan untuk menentukan dimana harus mudik lebaran, tetapi bagi mereka yang mendapat jodoh dengan orang yang berasal dari tempat yang berbeda dan jaraknya sangat berjauhan mungkin harus ada konsensus tertentu terlebih dahulu. Untuk kepentingan efisiensi, biasanya dipola dan diatur secara bergiliran, misalnya untuk tahun ini berlebaran dengan orang tua dan keluarga dari pasangan kita, tahun berikutnya berlebaran dengan orangtua dan keluarga sendiri. Yang jelas, mungkin bisa dianggap tidak adil jika hanya berlebaran di salah satu keluarga saja.

2. Mudik lebaran untuk menunjukkan kesuksesan

Secara disadari atau tidak disadari, pada sebagian orang tertentu menjadikan mudik lebaran sebagai ajang untuk menunjukkan diri bahwa dia adalah orang yang telah sukses, melalui aneka ragam perilaku dan penampilannya, baik mereka yang tampil secara elegan sampai dengan mereka yang tampil norak. Coba saja Anda pancing cerita mereka, kemungkinan yang banyak dibicarakannya adalah hal-hal positif, dan jarang atau sedikit mereka bercerita tentang penderitaan yang dialaminya selama berada di negeri rantau. Cerita dan penampilan positif inilah mungkin bisa dianggap sebagai salah satu pemicu kenapa setiap habis lebaran Jakarta selalu disesaki oleh para pendatang baru, yang mungkin tergiur melihat saudara-saudaranya yang dianggap telah sukses merantau di Jakarta.

3. Mudik lebaran menjadikan perputaran uang di kampung halaman semakin meningkat.

Ketika seseorang memutuskan hendak mudik lebaran di kampung halaman, pada umumnya mereka telah mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk di dalamnya persiapan ekonomi. Berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun mengais rejeki di negeri rantau, sebagian dia sisihkan untuk kepentingan mudik lebaran. Diantaranya, ada yang berupaya untuk berbagi-bagi rejeki dengan saudara-saudara dan tetangganya di kampung halaman, (termasuk di dalamnya zakat, shadaqah dan infaq). Bahkan ada diantaranya yang sengaja secara royal berbelanja di kampung halaman, dengan nilai rupiah yang tidak sedikit. Tentunya, hal ini akan memicu terjadinya peningkatan perputaran roda ekonomi di kampung halaman.

Akhirnya, saya sampaikan “Selamat Mudik Lebaran dan Selamat Datang di Tanah Leluhur!”

Anda punya cerita lain tentang mudik lebaran ini? Silahkan sampaikan dalam komentar di bawah, mudah-mudahan dapat semakin memperkaya tulisan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar